MENU


selamat datang di website KB TPH Salaman.......


ISO 9001 : 2015 NO: DE 472032 QM08

TERHITUNG MULAI 1 MARET 2023 HARGA BENIH PISANG KULTUR JARINGAN PER BATANG Rp. 10.000,-

APLIKASI PRAKTIS PERBANYAKAN DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN


PENDAHULUAN
Kebutuhan produk hortikultura khususnya buah – buahan baik dalam maupun luar negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan peningkatan kesadaran nilai gizi. Teknologi dan tindakan agronomi serta managemen yang profesional perlu diaplikasikan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Benih / bibit dalam budidaya pertanian merupakan faktor yang sangat penting. Proses produksi skala besar seperti perkebunan akan memerlukan bibit varietas unggul, seragam, bebas hama dan penyakit dalam jumlah besar secara kontinyu. Hal ini juga berlaku pada pertanian rakyat. Kondisi demikian dapat didukung dengan rekayasa genetika dan perbanyakan vegetatif inkonvensioanal (kultur jaringan)

PENGERTIAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
Kultur jaringan adalah teknik mengisolasi dan menumbuhkan sel jaringan ataupun organ tanaman pada suatu medium yang aseptik menjadi tanaman sempurna (Gunawan 1992). Metode ini diilhami oleh konsep titopetensi, yang menyatakan bahwa setiap sel tanaman akan menjadi tanaman lengkap jika ditumbuhkan pada medium yang sesuai. Pada saat ini teknik kultur jaringan tanaman telah dikembangkan dalam bioteknologi tanaman khususnya dalam teknik pembiakan mikro, mendapatkan kultivar baru, produksi metabolit skunder, dan dalam pelestarian plasma nutfah

APLIKASI PRAKTIS DAN PENTAHAPAN
Proses pelaksanaan teknik kultur jaringan, terutama dalam pembiakan mikro haruslah melalui tahap – tahap pembuatan medium, sterilisasi eksplan, penanaman secara invitro, aklimatisasi, pembibitan di lapang (Anonim 1995)
  1. Media Tumbuh
  2. Media tuimbuh kultur jaringan biasanya mengandung unsur – unsur hara (N, P, K, Ca, S, Mg, Fe, Zn, B, Cu, dan Mo), vitamin (thiamin, asam nicotinat, pirydoxin, dll), zat pengatur tumbuh (auxin, sitokinin, inhibitor, dan asam giberalin), N organik (asam amino), kompleks alami (misalnya air kelapa, jus tomat, ekstrak taoge, jus pisang dll) dan sumber karbon (sukrosa). Media kultur jaringan terus disterilisasi dengan autoclave pada 121 oC dan 1,75 psi selama 20 menit. Unsur – unsur penyusunan media berada pada kadar tertentu tergantung tanaman yang dikultur. Sekarang telah tersedia media tumbuh VW (Vacin and Went) untuk anggrek, WPM (Woody Plant Medium) untuk tanaman berkayu, MS () Mursahige and skoog) yang terbukti cocok untuk berbagai tanaman

  3. Eksplan
  4. Sebelum perbanyakan invitro dilakukan, sangat penting melakukan seleksi terhadap induk terlebih dahulu, menyangkut varietas dan bebas penyakit. Pada tahap ini perlu dilakukan eliminasi kontaminasi pada tanaman yang ditujukan untuk memperoleh eksplan steril.Pada dasarnya bahan tanaman yang hidup seperti daun, batang, akar, biji, komponen bunga dll, dapat digunakan sebagai eksplan. Penelitian selama ini menunjukkan bahwa jaringan meristematik (masih aktif membelah) paling baik digunakan sebagai bahan tanaman (eksplan). Selain media, eksplan sebelum ditanam perlu disterilkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi. Cara steriilisasi yang biasa dilakukan dengan merendam pada fungisida antibiotik, sodium hypoclorit, alkohol sublimat (HgCl2) atau hydrogen peroksida (H2O2) dengan konsentrasi dan lama perendaman yang berbeda – beda tergantung dari jenis, ukuran, dan hasil dari bahan tanaman. Setelah melalui proses sterilisasi, eksplan ditanam pada medium prekondisi hanya berisi agar dan sukrosa yang dilakukan pada LAF atau kotak tanam alam ruang tanam. Jika sterilisasi tidak berhasil maka kultur akan terkontaminasi. Gejala ini dapat terlihat 3 – 4 hari setelah tanam.

  5. Tahap 1 : Inisiasi
  6. Eksplan yang berhasil steril segera dipindahkan ke medium perlakuan berisi nutrisi lengkap. Respon dari eksplan tergantung dari media yang dipakai termasuk zat pengatur tumbuh, dan lingkungan tumbuh. Linkungan tumbuh yang sering digunakan adalah dengan suhu 20 – 25 oC sinar lampu fluorescen putih dengan intensitas 40 watt / 1,5x0,5 m dengan foto periode 16 jam / hari. Biasanya faktor yang paling menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan eksplan adalah konsentrasi jenis, dan kombinasi ZPT yang dipergunakan.

  7. Tahap 2 : Perbanyakan ( Multiplikasi )
  8. Proses kedua adalah tahap multiplikasi (perbanyakan). Pada tahap ini medium yang digunakan secara berulang – ul;ang (sub culture) untuk mendapatkan propagula sebanyak mungkin. Dalam pembiakan mikro ada 2 pola perbanyakan yang sering dilakukan, (1) tunas adventif, (2) tunas aksilar.

  9. Tahap 3 : Pengakaran
  10. Tanaman in – vitro bersifat heterotrop artinya semua kebutuhannya disuplai dariluar, dari mediak, termasuk karbon dan lingkungan tumbuh dibuat optimum. Pada tahapini adalah memindahkan plantet darilingkungan in – vitro yang sterilke lingkungan semi steril sebelum dipindahkan ke lapang. Pemindahan di lapang sebetulnya suatu stres (stres suhu, stres kelembabab, stres nutrisi, dan stres mikroorganisme). Keberhasilan aklimatisasi adalah bagaimana mengatasi stres tersebut. Disini plantet ditanam dalam medium pasir dicampurkompos yang telah disterilkan. Lingkungan tumbuh dijaga kelembabannya untuk mengurangi dehidrasi.

  11. Tahap 4 : Penyesuaian Lingkungan Tumbuh (Aklimatisasi)
  12. Setelah tanaman cukup kuat (3 – 4 minggu setelah aklimatisasi) tanaman sudah dapat ditanam di nurseri / polybag selama 1 – 1,5 bulan dengan tujuan agar tanaman siap betul terhadap kondisi lingkungan di lahan pembibitan. Produksi, ketahanan terhadap penyakit, dan morfologi tanaman akan sama dengan induknya, oleh karena perbanyaikan in – vitro merupakan perbanyakan secara vegetatif.

  13. Penanaman Di Nurseri
  14. Setelah tanaman cukup kuat (3 – 4 minggu setelah aklimatisasi) tanaman sudah dapat ditanam di nurseri / polybag selama 1 – 1,5 bulan dengan tujuan agar tanaman siap betul terhadap kondisi lingkungan di lahan pembibitan. Produksi, ketahanan terhadap penyakit, dan morfologi tanaman akan sama dengan induknya, oleh karena perbanyaikan in – vitro merupakan perbanyakan secara vegetatif.